O2. behind the stage
sasha’s
“Sashaaaa,” Suara yang cukup familiar mendominasi telingaku.
Aku menoleh mencari siapa si pemilik suara itu dan menemukan senyum yang terukir di wajah Kak Dzaki.
Sejujur-jujurnya sampai detik ini aku masih luar biasa gugup setengah mati. Tapi mau nggak mau harus aku sembunyikan, karena gimana caranya aku bisa bekerja dengan baik kalau disenyumin kayak sekarang gini aja lututku udah nggak ada rasanya lagi.
Langkahnya semakin dekat dengan senyum yang masih dia lontarkan sambil tangan kanannya membawa satu tas plastik berwarna putih yang entahlah isinya apa. Aku pun nggak bisa menebak itu.
“Haiii, aman ya Sha semuanya?” Tiba-tiba dia datang dengan sapaan santainya.
Dengan seluruh upaya yang aku miliki untuk menutupi rasa gugupku sekarang alhasil aku cuman bisa membalas dengan anggukan dan tersenyum.
Kemudian tangan kanannya menyodorkan plastik bening yang sedaritadi dia bawa-bawa yang mana membuatku reflek mengernyit bingung dan langsung dijawabnya, “Lo belom sarapan kan tadi katanya? Nih.”
Astagaaaa, jadi plastik bening yang dia maksud dan pertanyaannya melalui chat tadi tuh karena dia beliin aku sarapan? Batinku bergulat sendiri.
Sial.
Bahkan sekarang jantungku udah nggak karuan. Bisa-bisanya dia bersikap kayak giniii. Ya tau sih ini tuh hal yang biasa aja dan normal, tapi permasalahanku bukan itu melainkan orang yang memberinya.
This is Kak Dzaki that we’re talking about.
“Kok diliatin aja sih, Sha? Diambil dong nanti keburu direbut sama Epan.” Lalu dia terkekeh melihat ekspresiku yang sejak tadi masih melamun.
“Eh enggak Kak, tapi ini seriusan buat aku?”
“Ya masa buat Pak Tio? Hahaha,” jawabnya. “Buat lo kok itu, biar kuat jadi LO-nya. Kan nggak lucu Sha kalo nanti pingsan terus gue lagi manggung terus siapa yang nangkep?”
Aku mohon jangan asal ngomong kayak gitu, please. Mana daritadi dia ketawa mulu emangnya dia pikir dia ganteng apa?! BANGEEEET LAH! Lagi-lagi batinku berbicara sendiri.
“Oh….. yaudah kalo gitu aku ambil ya. Makasih Kak udah repot-repot beliin aku sarapan, padahal aku juga bisa beli makanan sendiri kok.”
Dia menggeleng sambil tersenyum tipis. “Naaah, it’s really fine, I don’t feel bothered by doing this. Emang pingin ngasih aja, nggak ngerepotin sama sekali kok.”
“Yaudah kalo gitu gue balik lagi ya ke dalem, semangat Sha kalo nanti ada butuh bantuan lagi kabarin aja ya.”
And everything about him makes me fall in love even more.